Thursday, November 26, 2015

TRADISI ZIARAH KUBUR DI BANTEN



Pengertian Ziarah dan Makam Keramat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 1990), ziarah diartikan sebagai “kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia, misalnya makam, dsb.” Dari pengertian ini, tampak bahwa yang dikunjungi dalam kegiatan ziarah bukan sembarang tempat, melainkan tempat yang dianggap keramat, misalnya makam atau kuburan. Selain makam, tempat-tempat yang kerap dianggap keramat antara lain tempat lahir seorang tokoh besar (misalnya tempat lahir Syekh Nawawi Banten di Tanahara), tempat persinggahan (misalnya situs Batu Quran di Cibulakan, Pandeglang), dan tempat-tempat lain yang memiliki nilai sejarah spiritual tinggi.

Pengertian keramat itu sendiri, menurut KBBI, adalah: (1) suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa); (2) suci dan bertuah yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain (tentang barang atau tempat suci).
Dengan demikian, secara bebas makam keramat dapat diartikan sebagai makam dari orang yang suci atau dianggap suci oleh masyarakatnya, atau makam dari orang yang bertakwa, atau makam dari orang yang semasa hidupnya memunyai kemampuan tertentu di luar kemampuan manusia biasa, khususnya kemampuan dalam bidang spiritual. Oleh karena itu, makam dari orang-orang awam biasanya tidak disebut makam keramat, meskipun barangkali makam orang awam tersebut tetap memiliki nilai kekeramatan tertentu bagi anaknya atau kerabatnya.
Makna Spiritual Ziarah ke Makam Keramat
Ziarah ke makam, baik yang keramat maupun tidak, berkaitan erat dengan unsur keagamaan. Makam, dalam banyak kebudayaan dan kepercayaan di seluruh dunia, menempati ruang spiritual yang istimewa, bahkan menjadi pusat kehidupan keagamaan di samping kuil-kuil pemujaan. Sebagai tempat dikuburkannya jasad orang yang sudah meninggal, makam dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh-roh orang yang meninggal itu. Berziarah ke makam merupakan cara untuk berhubungan kembali secara spiritual dengan roh-roh tersebut.
Ziarah ke makam juga berkaitan dengan kehidupan sosial. Orang yang ingin melakukan sesuatu atau kebutuhan tertentu, seperti membuka lahan pertanian, melangsungkan perkawinan, sampai berperang, merasa belum sah kalau belum meminta restu pada roh-roh nenek moyang. Roh-roh itu dipercaya dapat melindungi mereka, mengabulkan permohonan mereka, bahkan dapat pula menghukum kalau mereka melakukan pelanggaran.
Penghormatan kepada orang-orang yang telah meninggal diwujudkan dalam berbagai cara, misalnya mengadakan upacara kematian dengan ritual dan peralatan yang rumit, pembangunan kuburan secara mewah, di beberapa tempat disertai makanan dan harta untuk bekal perjalanan sang arwah, sampai pendirian kuil-kuil pemujaan.
Menurut Geoffrey Parrinder, yang dikutip oleh Zakiah Daradjat (Daradjat dkk, 1996: 43), pemujaan terhadap orang-orang yang telah meninggal atau telah mati terdapat di semua masyarakat. Karena itu kepercayaan terhadap hidup setelah mati ini bersifat universal dan merupakan salah satu bentuk kuno dalam kepercayaan di kalangan suku-suku primitif. Di Cina, pemujaan dan penyembahan terhadap para leluhur adalah pemujaan yang sangat kuno dan merupakan salah satu unsur yang paling diutamakan dalam agama Cina. Di Yunani, terdapat kepercayaan bahwa arwah leluhur tinggal di makam-makam dan memiliki kekuasaan atas baik dan buruk, sakit, dan mati. Begitu pula di Jepang, Mesir, Babylonia, Eropa, termasuk suku-suku di Indonesia (Daradjat dkk, 1996: 41-42).
Praktik pemujaan terhadap arwah para leluhur, yang di antaranya dilakukan dengan persembahan korban atau pemberian sesajen, memang tidak selalu dilakukan di makam. Dalam kebudayaan tertentu, arwah leluhur itu dipercaya bisa ada di mana-mana, di hutan-hutan, kampung, sawah, pohon, sampai di rumah (Daradjat dkk, 1996: 42), dan praktik pemujaannya pun bisa dilakukan di tempat-tempat tersebut. Meskipun demikian, kedudukan makam tetaplah menempati posisi yang paling penting.
Pada masa sekarang pun sisa-sisa kepercayaan tersebut masih bisa dijumpai di beberapa kebudayaan, khususnya di suku-suku yang kebudayaannya masih primitif. Di Melanesia, terdapat cara menghubungi roh leluhur yaitu setelah selesai penguburan mayat, mereka lalu mengambil suatu kantong dan sebatang bambu yang panjangnya kira-kira lima sampai tujuh meter. Ke dalam kantong tadi ditaruhkan pisang, lalu mulut kantong diikatkan pada ujung bambu, dan kantong tersebut diletakkan tepat di atas kuburan si mati. Kemudian orang tersebut berharap dan meminta kedatangan roh sambil memegang ujung sebelah bambu tadi. Nama orang yang baru saja meninggal dipanggil-panggil (Daradjat dkk, 1996: 44-45). Di Dayak Kalimantan, terdapat kebiasaan menghubungi roh orang yang sudah meninggal dengan cara tidur di atas kuburan-kuburan sambil mengharap-harapkan mendapatkan keberuntungan (Daradjat dkk, 1996: 45).
Kehadiran agama-agama formal, seperti Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen, dan Islam, yang masing-masing memiliki tempat pemujaan atau rumah ibadah, tidak melenyapkan fungsi spiritual dari makam. Malah banyak di antara tempat ibadah itu yang didirikan di atas makam, atau makam yang dibangun di dekat tempat ibadah. Sehingga seringkali tidak dapat dibedakan ketika seseorang berada di rumah ibadah, apakah ia hanya melakukan sembahyang di rumah ibadah tersebut ataukah berziarah ke makam, ataukah kedua-duanya.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad Saw. dimakamkan di dekat masjid Nabawi Madinah, dan makam raja-raja Banten berada di dalam Masjid Agung Banten. Selain itu, di makam-makam tempat ziarah terutama yang besar dan ramai hampir selalu didirikan masjid, misalnya di makam Sunan Gunung Jati Cirebon dan makam Syekh Mansur Pandeglang. Ini menandakan bahwa tempat ibadah (masjid) dan makam (khususnya makam dari orang tertentu) memiliki fungsi spiritual yang beririsan.
Dalam Islam, aktivitas ziarah ke makam keramat berkaitan erat dengan konsep kewalian atau kesucian. Para nabi, wali, dan orang-orang suci atau orang-orang yang dikenal memiliki ketakwaan tinggi dipercaya memiliki tempat mulia di sisi Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam Alquran surat al-Hujurât [49] ayat 13, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Menurut Muhaimin AG (dalam Supriatno, 2007: xv), Ketakwaan seorang nabi atau wali adalah model tentang orang yang telah menempuh hidup mulia sekaligus model untuk diteladani dan dijadikan panutan bagi orang yang ingin menempuh hidup mulia. Sebagai model, mereka layak dihormati. Penghormatan itu bisa mengambil berbagai bentuk, salah satunya dengan mengunjungi kuburannya tempat sang teladan diperistirahatkan untuk terakhir kalinya. Di sana, orang berdoa dan mendoakannya. Apabila doa mereka dikabulkan oleh Allah, maka tambahan pahala dan kemuliaan (karamah) dari doa itu akan mengalir kepada yang didoakan, dan menambah tumpukan pahala dan kemuliaan yang ada padanya yang sesungguhnya sudah penuh karena ketakwaan dirinya. Seakan tidak tertampung, akumulasi kemuliaan itu lalu meluber kepada penziarah yang sekaligus berdoa tadi. Luberan kemuliaan itulah yang disebut orang sebagai “barakah”. Barakah itu, bagi yang merasakannya, menggejala dalam berbagai bentuk seperti kemudahan usaha, perolehan keuntungan, terbebas dari derita, sembuh dari penyakit, hilangnya stres, ketenangan hidup, dan bentuk-bentuk lain.
Tempat-tempat Ziarah Keramat di Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang terletak di provinsi Banten. Luas wilayahnya adalah 2.193,58 Km2. Wilayah kabupaten Pandeglang berbatasan dengan kabupaten Lebak di sebelah Timur, kabupaten Serang di sebelah Utara, Selat Sunda di sebelah Barat, dan Samudera Indonesia di sebelah selatan. Pada tahun 2000, jumlah penduduknya mencapai 2.933.900 jiwa.
Mayoritas penduduk Pandeglang menganut agama Islam, dan coraknya dapat digolongkan ke dalam Islam tradisional. Di sini, penghormatan terhadap ulama atau kiyai menempati posisi yang tinggi, termasuk ketika ulama tersebut sudah meninggal dunia. Makamnya akan banyak diziarahi oleh murid-muridnya, masyarakat sekitarnya, bahkan masyarakat dari luar daerah, bergantung pada “kaliber” atau lingkup ketokohan ulama tersebut.
Tradisi keagamaan masyarakat Pandeglang tidak berbeda dengan tradisi keagamaan di provinsi Banten pada umumnya, termasuk dalam hal ziarah ke makam keramat. Di antara makam keramat di daerah Pandeglang yang banyak diziarahi oleh masyarakat, termasuk masyarakat dari luar daerah, antara lain:
1. Makam Syekh Mansur di Cikadueun
2. Makam Syekh Abdul Jabbar di Karangtanjung
3. Makam Syekh Asnawi di Caringin
4. Makam Syekh Daud di Labuan
5. Makam Syekh Rako di Gunung Karang
6. Makam Syekh Royani di Kadupinang
7. Makam Syekh Armin di Cibuntu
8. Makam Abuya Dimyati di Cidahu
9. Makam Ki Bustomi di Cisantri
10. Makam Nyimas Gandasari di Panimbang.
Aktivitas ziarah ke makam-makam keramat tersebut biasanya meningkat tajam pada bulan Mulud (Rabiul Awal, bulan lahirnya Nabi Muhammad Saw.), menjelang bulan Ramadan, sehabis Lebaran, pada malam Jumat, dan pada hari-hari libur. Tetapi pada hari-hari biasa pun selalu ada saja orang yang berziarah.


Sambut Ramadhan, Ratusan Warga Berziarah Ke Banten Lama

Serang, SatuBanten - Ratusan warga mulai berdatangan untuk melakukan ziarah ke makam kesultanan Banten Lama dalam menyambut bulan suci Ramadan di Kawasan Banten Lama, Kasunyatan, Kota Serang, Ahad (14/6/15).
Kedatangan para wraga tak lain hanya untuk berziarah  menyambut  bulan suci Ramadhan serta berkunjung dan mendoakan keluarga yang sudah meninggalkan serta mendoakan para ulama khususnya di Banten lama.  
Menurut Imam, salah satu penjaga makam, mengatakan bahwa para warga mulai datang sejak pagi hari ini hingga sore, mungkin besok akan lebih banyak lagi yang datang ziarah. "Biasanya H-2 dan H-3 penziara membludak," ujarnya.
Ziarah makam merupakan salah satu tradisi bagi sebagian umat Islam untuk memanjatkan doa ahli kubur yang sudah meninggal dunia. Ritual ini biasanya dilakukan menjelang masuknya bulan Ramadan atau pada saat menjelang perayaan Idul Fitri.

Tradisi ziarah kubur dari masa ke masa tetap terjaga hingga sekarang. Dalam ajaran Nabi Muhammad SAW ziarah kubur merupakan sebuah ibadah yang diisyaratkan dan hingga kini masyarakat Islam pun masih terus menjalankan dan mengamalkan.

Nurul warga Kronjo Kabupaten Tanggerang mengaku dirinya datang berziarah  setahun sekali saat menjelang Ramadhan bersama romongannya, "Dari pagi mas saya disini untuk berziarah ke Sultan Hasanuddin, tapi banyak orang yang meminta-minta dengan memaksa yang membuat suasana menjadi gaduh," ujarnya.

Pantauan SatuBanten.com di lokasi tempat singgah sana terakhir Sultan Hasanudin, Para penziarah berdesak-desakan saat mencoba memasuki pintu masuk ke makan tersebut, namu disamping itu tidak ada penjagaan yang ketak baik dari aparat keamanan dan penjaga lingkungan sekitar

Tradisi ziarah kubur di hari raya Idul Adha

Pekeburan yang bisanya sunyi senyap, pada Hari Raya Idul Adha ini menjadi ramai. 

Bacaan surat Al Fatihah, yang merupakan surat pertama dalam kitab suci Al Quran, begitu jelas terdengar dari dalam areal tempat pemakaman umum (TPU) Kampung Sukarehe, Kelurahan Pagadungan, Kecamatan Karangtangjung, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Surat tersebut terdengar saling "susul-menyusul" dari ratusan warga yang berziarah di makam saudaranya yang telah meninggal. 

Tidak hanya itu, para peziarah juga membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, dilanjutnya beberapa ayat dari surat Al Baqarah, kemudian ayat Kursi. 

Kuburan yang bejajar rapi, dan biasanya penuh ditumbuhi rumput dan ilalang, pada hari raya ini terlihat bersih. Tidak ada satu pun tumbuhan hutan yang ada. Yang masih tersisa hanya tanaman bunga yang memang sengaja di tanam oleh ahli waris untuk peneduh.

Warga keluar-masuk ke lokasi itu beriring-iringan. Banyak di antaranya yang datang menggunakan kendaraan roda empat dan dua, tapi tidak sedikit yang berjalan kaki.

Masyarakat yang baru datang langsung masuk ke areal pekeburan, dan mendatangi makam keluarganya. Adab layaknya bertamu dijalankan oleh masyarakat. Ketika tiba di dekat kuburan mereka pun berucap salam, "Assalmuaikum yaa ahli kubur".

Setelah itu, mereka duduk di sisi makam, dan "sang pemimpin" langsung membaca doa mendoakan siapa pun gerangan yang terbaring tenang di alam kubur.

Bersalam-salaman dan saling meminta maaf pun dilakukan warga ketika saling bertemu. Suasana penuh kerakraban terlihat jelas di areal makam yang luasnya sekitar dua hektare tersebut.

"Ini kebiasaan yang kita lakukan. Setiap usai menjalankan ibada Salat Ied, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, kami sekeluarga menziarahi mekam keluarga yang telah meninggal di Kubutan Sukarehe," kata Muhamad Arief, warga Kampung Pasirandu, usai ziarah pada kuburan ayahnya.

Menurut dia, sebagian anggota keluarganya yang meninggal di makamkan di TPI tersebut, jadi ketika berziarah kiriman doa pun disampaikan pada seluruh almarhum dan almarhumah.

"Sekali berziarah, saya kirimkan doa pada semua arwah keluarga khususnya dan seluruh arwah muslimin dan muslimat yang telah meninggal pada umumnya," katanya.

Hal senada disampaikan Encep Yunus, yang ditemui usai berziarah pada makam ayahnya serta kurburan saudaranya yang lain.

"Sepertinya ada yang kurang kalau kita datang ke makam keluarga dan tak menziarahinya, ketika Idul Fitri dan Idul Adha," katanya.

Encep mengaku, tidak ada tujuan lain dalam ziarah tersebut, tapi hanya ingin mendoakan mereka yang telah meninggal dan berharap semoga Allah SWT mengampuni segala dosanya dan menempatkannya di sisi Rahmat-Nya.

Ustadz Ahmad Syatibi menjelaskan, kebiasaan ziarah kubur merupakan hal yang baik, kalau niatnya hanya untuk berkunjung dan mendoakan saudara yang meninggal serta ahli kubur lainnya.

"Ibaratnya begini, kita mendatangi kuburan mereka untuk bersilaturahmi, sekali memberikan `bingkisan` berupa doa. Jangan ada maksud lainnya karena dikahwatirkan syirik," ujarnya.

Pantauan di TPU lain, seperti TPU Pagadungan dan TPU Karangtanjung juga terlihat situasi yang sama. Puluhan warga datang ke lokasi itu dan memanjatkan doa untuk ahli kubur.



Hukum

Berbagai literatur menyebutkan, ziarah kubur hukumnya sunah. Rasulallah Muhammad SAW dan para sahabatnya juga menjelankan ziarah kubur, jadi tidak ada dasar sama sekali untuk melarang ziarah kubur, karena kita semua tahu bahwa Rasulallah pernah ziarah ke makam Baqi' dan mengucapkan kata-kata yang ditujukan kepada para ahli kubur di makam Baqi' tersebut.

Rasulallah SWA bersabda, "Dahulu aku telah melarang kalian berziarah ke kubur. Namun sekarang, berziarahlah kalian ke sana. (H.R. Muslim).

Kemudian Dari Abu Hurairah RA. Rasulallah SAW bersabda: "Aku meminta izin kepada Allah untuk memintakan ampunan bagi ibuku, tetapi Allah tidak mengizinkan. Kemudian aku meminta izin kepada Allah untuk berziarah ke makam ibuku, lalu Allah mengijinkanku. (H.R. Muslim).

Selanjutnya, dalam riwayat yang lain dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW ziarah ke makam ibunya kemudian menangis lalu menangis lah orang-orang sekitarnya. (H.R. Muslim-hadis ke-2.256) dan (Al Hakim-hadis ke 1.390). 

Menurut pendapat Imam Ahmad bin Hanbal Ibnu Qudamah dalam kitabnya ?Al-Mughni? menceritakan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya pendapatnya tentang masalah ziarah kubur, manakah yang lebih utama antara ziarah kubur ataukah meninggalkannya. Beliau Imam Ahmad kemudian menjawab, bahwa ziarah kubur itu lebih utama. 

Kemudian Imam Nawawi secara konsisten berpendapat dengan hukum sunahnya ziarah kubur. Imam Nawawi juga menjelaskan tentang adanya ijma' dari kalangan ashabus Syafii (para pengikut Imam Syafi'i) tentang sunahnya ziarah kubur. 

Doktor Said Ramadlan Al Buthi juga berbendapat dengan pendapat yang memperbolehkan ziarah kubur. Al-Buthi berkata, "Belakangan ini banyak dari kalangan umat Islam yang mengingkari sampainya pahala kepada mayit, dan menyepelekan permasalahan ziarah ke kubur."

Melihat bahwa tidak alasan untuk melarang ziarah kubur, bahkan oleh pengikut Imam Syafi`i menghukuminya sebagai tindakan sunah, maka berziarah, yang menjadi kebiasaan umat Islam di Pandeglang dan Banten umumnya merupakan hal positif dan perlu terus dilaksanakan.

Terlepas dari hukum ziarah menurut agama, berkumpulnya masyarakat di areal pekuburan juga menimbulkan hal sangat baik, karena mereka bisa tertemu, bersilturahmi serta salim memaafkan.



No comments:

Post a Comment

How To Solve it - G Polya

Yosh hari ini sangat menarik, pembahasan mengenai "How to Solve it" yang di cetuskan oleh G Polya. Apasih itu?, kita sebagai man...