Bagi sebagian orang, embuat sebuah karya dalam bentuk tulisan merupakan
pekerjaan yang tidak mudah, karena untuk menuangkan suatu ide, gagasan, isi
pikiran melalui bahasa tulis tidak semudah melalui bahasa lisan. Menurut
Sabarti Akhadiah, dkk, menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi
ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan
pikiran seseorang, tidaklah mudah. Banyak orang yang fasih berbicara, namun
kurang mampu menuangkan gagasannya dengan baik
Hal tersebut mengindikasikan bahwa suatu hasil buah pikiran yang dituangkan
secara tertulis memang bukan pekerjaan mudah, oleh karenanya untuk membuat
sebuah karya tertulis yang merupakan buah pikiran seseorang membutuhkan
ketrampilan yang tidak sedikit selain pengalaman dalam membuat ataupun
menuangkan isi pikiran secara tertulis dalam bentuk tulisan dan karya tertulis.
Membuat sebuah karya ilmiah tidak semudah membuat suatu karya yang berbentuk
sastra. Ada banyak kriteria dalam komponen sebuah karya ilmiah yang perlu
dipenuhi, seperti teknik-teknik penulisan, penggunaan bahasa yang baku dan
benar, materi karya ilmiah yang objektif sesuai dengan fakta dan data yang ada,
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dan banyak hal lain yang tentunya
menjadi perhatian penting dalam sebuah penulisan suatu karya ilmiah. Karena
itulah, mengerti dan memahami pola penulisan sebuah karya ilmiah merupakan hal
pokok yang harus dilakukan oleh seorang penulis yang hendak membuat suatu karya
ilmiah.
Penulisan sebuah karya ilmiah memerlukan banyak hal yang harus diketahui
oleh seorang penulis yang akan membuat sebuah karya ilmiah. Dalam perencanaan
diperlukan
sebuah data yang akurat yang sesuai di lapangan dengan merujuk konsep dan
teori-teori yang telah diakui. Pada proses penyusunannya, karya ilmiah
memerlukan adanya sebuah fakta dan data yang telah didapat di lapangan pada
proses observasi dan disesuaikan dengan kajian teori yang relevan dan mendukung
proses pelaksanaan ada. Pada akhirnya, proses penulisan karya ilmiah dilakukan
dan diselesaikan, tentunya tidak begitu saja suatu karya ilmiah yang dibuat
tanpa didukung oleh sumber-sumber data yang valid dan hasil di lapangan
sebagaimana fakta yang ditemukan.
Pentingnya mengerti dan memahami penyusunan dan penulisan suatu karya
ilmiah menuntut kita untuk lebih jeli dan kritis dalam menulis dan membaca
suatu karya ilmiah, sebagaimana dijelaskan di depan. Salah satu kaidah yang
perlu diketahui dan dipahami dalam membuat suatu karya ilmiah adalah pola
penggunaan dan penyusunan paragraf. Dalam sebuah karya ilmiah, penggunaan dan
penyusunan suatu paragraf mempunyai beberapa kriteria yang baku dalam karya
ilmiah.
Kadangkala tidak sedikit kita temukan dalam sebuah paragraf pada karya
ilmiah yang terdapat di banyak media seperti internet bila dicermati masih
banyak dan belum memenuhi kriteria sebuah paragraf dalam karya ilmiah. Hal
inilah yang perlu dicermati, walaupun terlihat sepele namun dengan
memperhatikan satu aspek yaitu paragraf akan memudahkan penulis dalam membuat
dan menyusun serta menulis sebuah karya ilmiah yang harus diselesaikan.
Sebuah paragraf yang baik merupakan suatu satuan yang tersusun secara
terperinci dan terpadu di mana pemaparan materi yang dituangkan dalam sebuah
paragraf terdapat inti permasalahan yang dibicarakan. Keterkaitan antar kalimat
dalam paragraf juga perlu diperhatikan sehingga penggunaan dan pemilihan bahasa
dan kata maupun kalimat tidak sia-sia yang akhirnya tidak keluar atau melebar
dari pokok permasalahan yang menjadi bahan pembicaraan pada suatu paragraf yang
konsisten dan terpadu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang perlu
dibahas, antara lain: (a) Apa
yang dimaksud dengan paragraf?; (b) Apa saja jenis paragraf yang perlu
diketahui dalam kaitannya dengan penyusunan sebuah karya ilmiah?; (c) Apa saja
karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah?; (d) Bagaimana kriteria
paragraf yang baik?.
Adapun tujuan penulisan resume sederhana ini tentang “Fungsi Paragraf dalam
Karya Ilmiah”, disusun dan ditulis untuk memenuhi salah satu pada mata kuliah
“Bahasa Indonesia pada semester III STMIK AUB Surakarta”, yang mana hasil penyusunan
dan penulisan makalah sebagai referensi tambahan pada proses perkuliahan.
Ditulis dan disusunnya resume ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran
ringkas sebuah paragraf dalam tulisan ilmiah yang merupakan bagian dalam sebuah
karya ilmiah, yang mana kaidah penyusunan paragraf sangat penting untuk
memudahkan dan menyempurnakan sebuah karya ilmiah kaitannya dengan
teknik-teknik penulisan karya ilmiah.
Pembahasan
Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, “menulis di
samping” atau “tertulis di samping”) adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama
dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa
hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶).
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang
dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan
umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut
pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti
untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat
semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau
di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan
dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi,
paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.[3]
Paragraf merupakan kumpulan sebuah kalimat yang disusun secara runtut dan
terperinci sehingga terbentuklah sebuah susunan yang dikenal dengan satu
istilah yaitu paragraf. Pengertian yang berkaitan dengan paragraf sangat
banyak, dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia tentang pengertian
paragraf yaitu bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide
pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru.[4]
Apabila dipaparkan secara sistematis maka suatu karangan secara umum
merupakan kumpulan dari bab per bab, dalam tiap bab tersebut terdapat beberapa
paragraf yang disusun secara sistematis dan konsisten, pada paragraf terdapat
kumpulan kalimat-kalimat sebagai pengembangan dari pemaparan satu buah
paragraf, dan dalam kalimat tersebut terdapat kumpulan kata-kata yang membangun
unsur sebuah kalimat yang efektif dan memenuhi kriteria dalam sebuah kalimat
pada tulisan ilmiah. Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek
(singkat). Dengan adanya paragraf kita dapat membedakan di mana suatu ide mulai
dan berakhir.
Dalam bukunya Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan
memberikan definisi tentang paragraf yaitu; Paragraf merupakan inti penuangan
buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf ini terkandung satu unit buah
pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari
kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas
sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.[5]
Dapat diartikan bahwa paragraf merupakan suatu hasil pemikiran yang mana
dalam paragraf tersebut terdapat inti maupun pokok permasalahan yang menjadi
satu hal yang perlu dijelaskan atau dipaparkan sehingga dapat sebuah paragraf
terdapat beberapa kalimat yang membangun unsur paragraf. Kalimat-kalimat
penjelas/pengiring bertujuan untuk menerangkan dan mengembangkan kalimat pokok
yang menjadi fokus pembicaraan sehingga isi dalam paragraf tersebut dapat
dipaparkan secara luas dan terpadu namun tidak keluar/keluar bahkan menyimpang
dari pokok pembicaraan dalam paragraf tersebut.
Secara umum definisi paragraf dapat dijabarkan bahwa paragraf merupakan
sekumpulan kalimat yang saling terkait satu kalimat dengan lainnya,
paragraf merupakan bagian dari suatu bab yang tersusun secara runtut dan
terpadu, pada umumnya sebuah paragraf ditandai dengan penulisan pada baris baru
dengan penulisan awal hurufnya mengarah ke dalam, dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat pembuka, kalimat inti, dan kalimat penutup. Adapun dalam
sebuah penyusunan paragraf tidak dibenarkan membicarakan/membahas materi yang
berseberangan dengan fikus materi yang dibicarakan dalam satu paragraf karena
sebuah paragraf merupakan satu kesatuan utuh sebuah pemaparan permasalahan atau
materi yang utuh dan terpadu.
Jenis-jenis
Paragraf
Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
a. Eksposisi (Berisi uraian atau
penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi)
Contoh:
Para pedagang daging sapi di
pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging
ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70
persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit
sehingga harganya meningkat.
b. Argumentasi (Bertujuan
membuktikan kebenaran suatu pendapat / kesimpulan dengan data/ fakta konsep
sebagai alasan/ bukti)
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya.
Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan
Sukarton (1992) bahwa anak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan
untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya
anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak
sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang
kehidupan keluarga.
c. Deskripsi (Berisi gambaran
mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa
atau mendengar hal tersebut.)
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama.
Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena
memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga
melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan
pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip
yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
d. Persuasi (Karangan ini
bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia
harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa
kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap
tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan, mengembangkan sikap tolong-menolong
dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh
suasana kemanusian dan saling mencintai.
e. Narasi (Karangan ini berisi
rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.)
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal
dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan,
mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan
diruang perpustakaan hanya ada dia.
Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas
menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Dalam karangan
ilmiah, paragraf pembuka dapat berupa: (1) garis besar karangan dengan
menonjolkan bagian yang dipandang penting; (2) pemaparan isi dan maksud judul
karangan; (3) kutipan pendapat pakar pada bidang ilmu yang bersangkutan; (4)
sitiran dari suatu pendapat; (5) pembatasan objek dan subjeknya; (6) pemaparan
arti penting masalah yang akan dibicarakan; (7) gabungan dari beberapa cara di
atas.
Contoh :
Jacques Cousteau lahir pada tanggal 11 Juni 1910 di St. Andre de Cubzac,
Prancis. Sejak usia 4-5 tahun, ia sudah jatuh cinta pada air. Cousteau pandai
berenang dan menyelam gara-gar waktu berusia 10 tahun dikirim kesekolah musim
panas di Danau harvey, AS. Oarng tuanya ketika itu tinggal di sana. Seorang
gurunya agak sentimaen kepadanya. Boetz sering menghukumnya membersihkan dasar
danau yang penuh ranting dan pohon kering. Kalau tidak dibersihkan, anak-anak
yang terjun bisa celaka. Inilah asal mulanya ia semakain pandai berenang dan
menyelam.
b. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada
pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka.
Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah paragraf isi
yang dapat dijadikan pedoman, yaitu :
1. Pola
Urutan Waktu
Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan gagasan-gagasannya secara
kronologis.
Contoh:
(a) Secara
Eksplisit
Maharani Puspita Sari tidak hanya berfikir. Ia lantas mendiskusikan dengan
guru atau teman-temannya. Selanjutnya, ia pun mengadakan penelitian masalah
kondisi tanah di sekitar jalan tol. Akhirnya, remaja putri itu tercatat sebagai
peseta lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja 1982. dan siswa kelas II IPA SMA
Regina Pacis (Bogor) itu tercatat sebagai pemenang harapan.
(b) Secara
Implisit.
Ketukan tangan kecil di daun pintu sebuah rumah di pulau Mandangin, di
malam buta pertengahan Februari yang lalu membangunkan penghuninya. Seorang
bocah berseru dari luar memberi tahu, saat berangkat sudah tiba. Yang dipanggil
bangkit dari tidurnya, berkemas, dan turun ke pantai. Si bocah yang di pulau
itu disebut kacong, berlalu kerumah lain untuk membangunkan yang lain pula, dan
beberapa waktu kemudian sebuah perahu dengan 18 awak meluncur ke tengah laut. Nelayan
pulau Mandangin turun mencari ikan. Besuk siang mungkin merekakembali ke darat
dengan tangkapan yang lumayan, tetapi boleh jadi pula ia pulang dengan hasil
yang nihil. Malam itu adalah melam mencari nafkah. Hari itu janji batas hutang
yang ditumpuk sampai ratusan ribu rupiah untuk setiap orang tengah ditunaikan.
2. Pola
Runtutan Tingkat
Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan gagasan mulai dari tingkat
terendah sampai dengan yang tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar, dan
sebagainya.
Contoh
:
Meskipun tingkat pembangunan suatu desa berbeda dari satu desa ke desa lainnya,
dari satu negara ke negara lainnya, akn tetapi ada suatu persamaan umum yang
dapat diterima. Pertama, pembangunan diharapkan dapat memenuhi harapan semua
penduduk … kedua, pembangunan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan
pendidikan, dan pendapatan penduduk desa. Ketiga, dengan pembangunan desa
diharapkan pendapatan penduduk dapat menjadi kekuatan penggerak utama di dalam
berbagai bentuk yang positif, keempat, pembangunan desa diharapkan pula dapat
menjamin keselamatan atau jaminan dimasa mendatang. Kelima, pembangunan desa
diharapkan membuka kesempatn memajukan karir masing-masing warga desa.
3. Pola
Urutan Apresiatif
Mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah benar,
berguna tidak berguna, dan sebagainya.
Contoh
:
Pernyataan bahwa business adalah unsur dari peternakan sering ditentang
oleh banyak orang. Mereka berpendapat bahwa dalam pertanian yang subsistence
ataupun yang primitif beternak bukanlah suatu business tetapi, suatu cara
hidup, suatu way of life. Pandangan ini bukan sering dikemukakan dengan tandas
oleh banyak pejabat yang bertanggung jawab atasa produksi pertanian. Mungkin
benar bahwa fungsi farming is way of life, sebab produksi dicampur aduk dengan
konsumsi.,sebab usaha pertaniannya dipaterikan dengan kepuasan hidup dalam
masyarakat taninya. Tetapi haruslah disadari pula pula selama tersangkut soal
produksi, dan itulah business. Untuk menerangkan hal ini baiklah diteliti
keadaan petani-peternak yang telah maju yang telah mengubah cara ‘primitif’
dengan cara ‘modern’. Petani-peternak terlibat dan makin lama makin terlibat
dalam usaha jual dan beli. Menjual hasilnya yang berlebihan dan membeli
alat-alat, serta bahan- bahan yang diperlukan untuk produksi. Bahkan dalam
keadaan subsistence, petani yang maju tadi berpikir seperti pengusaha, sebagai
businessmen, dan selalu bertindak secara itu.
4. Pola
Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu
tempat ketempat lainnya, misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari
kiri ke kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan
urutan berdasarkan tingkat pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting
ke tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting.
Contoh
:
Sebelum perahu bertolak ke tengah laut, Suhardi disibukkan oleh tugas membenahi
semua perlengkapan. Ketika sudah sampai tempat yang dituju, jaring telah
ditebarkan, anak laki-laki sembilan tahun ini meloncat ke air bersama sepotong
bambu sepanjang tiga meter sebagai pelampung. Dia mencebur ke air waktu malam
hari sekali pun. Tugasnya saat ini adalah membetulkan jaring, atau menjaganya
jangan tersangkut di dalam air. Untuk itu, dia mengapung di laut selama satu
setengah atau dua jam. Dan kembali ke perahu berbarengan dengan naiknya jaring.
5. Pola
Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan tingkat. Hanya saja,
dalam pola urutan klimaks ini terkandung adanya intensitas yang semakin menaik,
sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi, dalam pola
urutan klimaks, penulis mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali
semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling intens.
Contoh
:
Dalam film terlihat seekor kera yang semula lincah akhirnya lumpuh, dan
buta setelah dicekoki obat mencret Entro Vioform, 6 butir setiap hari selama 2
minggu. Hadirin menarik nafas. Tetapi suasana menekan perasaan justru tambah
menjadi-jadi setelah film berakhir, dan lampu dinyalakan diruang Press Club.
6. Pola
Urutan Antikimaks
Pola urutan antiklimaks ini merupakan kebalikan dari pola urutan klimaks.
Jadi, pola urutan antiklimaks ini berangkat dari suatu yang paling intens
menuju ke yang intens sampai ke yang kurang intens. Dalam cerita rekaan (novel,
cerpen, drama), klimaks dan antiklimaks, dan setelah sampai pada puncaknya
menuju ke antiklimaksnya yang berupa penyelesaian.
7. Pola
Urutan Khusus Umum
Dalam pola urutan khusus ke umum ini, penulis mula-mula mengungkapkankan
gagasan-gagasan suatu hal yang khusus, kemudian diungkapkan keumuman atau
rampatan generalisasinya.
Contoh
:
Manusia adalah makhluk yang sedikit empedunya, dan panjang umurnya. Kuda juga
sedikit empedunya. Demikian juga keledai, dan binatang-binatang lainnya yang
serupa itu. Jadi, semua makhluk yang sedikit empedunya berumur panjang.
8. Pola
Urutan Sebab – Akibat
Dalam pola urutan ini, penulis mengungkapkan gagasannya bertolak dari suatu
akibat atau efek terdekat dari pernyataan itu.
Contoh
:
Kalau kemarau tengah berlangsung, sinar matahari terasa menyengat di Pulau
Kambing. Selama empat bulan semua tumbuh-tumbuhan di pulau itu merangas. Angin
meniup daun-daunnya yang kering hingga rontok ke bumi. Dari kejauhan yang
kelihatan hanya rumah penduduk. Pada saat itu, orang berpunya yang mampu
membuat bak mandi dari semen mungkin masih menyimpan persediaan air hujan.
Beberapa penduduk datang ke sana sebagai pembeli. Lima ratus empat puluh tiga
sumur yang ada disana mengeluarkan air yang asinnya persis seperti air laut.
Air itu tak dapat diminum, ataupun digunakan untuk menanak nasi.
9. Pola
Urutan Tanya – Jawab
Dalam pola urutan tanya- jawab ini, penulis mula-mula mengemukakan gagasannya
dalam bentuk pertanyaan, kemudian diikuti dengan jawaban pertanyaan itu.
Contoh :
Apa saja yang penting untuk diperhatikan oleh seorang pemimpin diskusi agar
diskusinya dapat mencapai sasaran? Sesorang pemimpin diskusi hendaknya tidak
mendominasi jalannya diskusi. Dia bertanggung jawab mengatur agar diskusi
berjalan lancar menurut arah yang dikenhendakai pokok persoalan bersama, dan
harus menstimulir anggota diskusi untuk berpartisipasi, serta menjuruskan
kearah pemikiran. Dia pun harus mencegahadanya monopoli pembicaraan oleh
seorang peserta saja, dan kalau ada salah paham atau perbedaan pendapat harus
mengusahakan penyelesaiannya. Pada akhir diskusi, pemimpin diskusi harus
membuat ringkasan, kesimpulan atau hasil diskusi.
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau
penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.
Contoh alinea penutup yang berupa kesimpulan :
Media cetak tergolong tertua kehadirannya di Indonesia dibandingkan dengan
jenis media lainya (radio, film, dan tv), seorang pembaca surat biasanya adalah
pendengar radio,dan penonton tv. Dengan demikian, media cetak mempunyai peranan
yang yang khas dalam penyampaian informasi. Bukan saja untuk menghidupkan
tradisi menulis, dan minat baca masyarakat, tetapi ia metupakan bagian
terpenting dalam penciptaan suasana kemasyarakatan yang dinamis, dan harmonis
dari keseluruhan sistem media komunikasi modern, baik diaderah pedesaan, dan
terlebih-lebih lagi di daerah perkotaan.
Contoh alinea penutup yang berupa ringkasan :
Beberapa hal yang dapat diringkaskan dari pengamatan di atas. Pertama,
terdapat gejala rendahnya mutu murid SD di seluruh Indonesia,yaitu murid SD
tidak hanya mampu mencapai 50 % standar pengetahuan yang diharapkan dapat
dicapai oleh mereka. Kedua, daerah-daerah dengan mutu murid SD yang lebih
tinggi daripada rata-rata nasional terletak di Indonesia bagian barat. Ketiga,
ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang paling parah diderita oleh semua murid
SD, sedang matematika mrupakan ilmu pengetahuan yang paling kaut mereka miliki.
Keempat, rendahnya mutu murid SD terjadi dalam jumlah murid yang naik dengan
deras.
Contoh alinea penutup yang berupa penekanan kembali hal-hal yang penting :
Harus diakui bahwa ketegasan di dalam menghadapi dan memecahkan secara
tepat persoalan yang menyangkut Pancasila itu merupakan faktor penting yang
memungkinkan terwujudnya stabilitas dan pembangunan nasional. Kejadian sejarah
yang penuh ujian bagi Pancasila kiranya akan membawa bangsa ini kedalam tataran
yang lebih dalam, dan lebih penting yaitu pengalaman, dan penghayatan Pancasila
secara lebih mantap lagi. Sesudah stabilitas nasional dapat diwujudkan, dan di
dalam dasar itu eksistensi bangsa dan negara ini mempunyai landasan yang sangat
kuat, yaitu Pancasila maksud dalam sikap dan hati nurani manusia-manusia
Indonesia.
Contoh alinea penutup yang berupa saran
Demikianlah peta bumi KMD. Jangkauan KMD sangat luas, meluputi sebagian
besar rakya Indonesia. Pemerintah dalam hal ini hanya sekedar memberi dorongan
pada pertumbuhan dan perkambangan pers nasional, khususnya yang terbit di
daerah-daerah. Selanjutnya para penerbit pers itu sendirilah yang harus bekerja
keras: menyusuri pantai,dan sungai-sungai, memasuki hutan-hutan, ngarai, dan daerah-daerah
pegunungan untukmmencapai masyarakat pedesaan yang menjadi sasaran KMD.
Contoh alinea penutup yang berupa harapan :
Mudah-mudahan pedoman ini bermanfaat bagi usaha peningkatan sutau laporan
hasil penelitian, dan peningkatan koefisienan, serta keefektifan pengelolaan
penelitian bahasa, dan sastra. Dan untuk lebih dapat mewujudkan harapan ini,
segera kritik, dan saran para pemakai buku ini akan dimanfaatkan.
Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
a. Paragraf deduktif
Ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai
dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan
bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu.
Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.
b. Paragraf induktif
Ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali
dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
umum.
Contoh
:
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.
Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer.
Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang
penting, efektif dan efisien.
c. Paragraf campuran
Ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraf.
Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan
kembali.
Contoh
:
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern.
Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini
tanpa adanya sarana komunikasi.
Berdasarkan isinya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Paragraf deskripsi
Ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema
paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan
sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh
:
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu
seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah
yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung.
Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh
semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.
b. Paragraf proses
Ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya
tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian
atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.
c. Paragraf efektif
Adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Terdiri atas satu
pikiran utama dan lebih dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat
sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.
Kriteria
Paragraf yang Baik
Untuk membuat sebuah paragraf yang baik dan benar menurut ketentuan dan
kaidah-kaidah yang berlaku perlu diketahui tiga komponen yang disyaratkan
sebagai sebuah paragraf yang baik dan benar. Syarat pembentukan paragraf
dimaksud menurut Sabarti Akhadiah, et.
al. terdapat tiga unsur yaitu kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.[6]
a. Kesatuan (Kohesi)
Tiap paragraf hanya
mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah
mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh
terdapat unsur- unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik. Paragraf
dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak
terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya. Semua kalimat
terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan[7]
b. Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Urutan pikiran yang
teratur, akan memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan/koherensi dititikberatkan
pada hubungan antar kalimat dengan kalimat.[8] Kepaduan paragraf dapat terlihat
melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan
(kata-kata) pengait antar kalimat.[9] Urutan yang logis tersebut
akan terlihat pada pola susunan antar kalimat yang terdapat pada paragraf
tersebut.
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikantiga hal,
antara lain; pertama, unsur kebahasaan yang digambarkan antara lain dengan; (1)
repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, (2) kata transisi atau
ungkapan penghubung, (3) paralelisme, (4) pemerincian dan urutan isi paragraf.
Kedua, perincian dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu),
secara logis (sebab–akibat , akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut
urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan
yang satu ke sudut pandangan yang lain
c. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang
cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya
suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya
diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
No comments:
Post a Comment