Batu Goong Saksi Penyebaran Islam di
Kaduguling Pandeglang
Oleh : Egha Alifa
Putra
Batu
Goong adalah sebuah batu yang berbentuk gong dengan berbagai ukuran, batu goong
sendiri berfungsi sebagai tempat duduk oleh para biksu, karena berbentuk tepat
duduk. Batu goong sendiri terletak di kampung kaduguling, desa sukasari, kec.
Jiput pandeglang Banten. Sedikit sekali orang yang mengetahui situs punden
berundak batu goong ini, hal ini karena batu goong sendiri terdapat di atas
bukit Kaduguling, yang jarang orang mengakses tempat tersebut.
Situs
batu goong adalah sebuah punden berundak yang merekayasa bentukan alam. Pada
bagian tertinggi ditempatkan batu goong bersama menhir. Situs batu goong
memiliki formasi dikelilingi oleh batu – batu yang berbentuk gamelan seperti
gong dan batu pelinggih berjumlah 18 buah batu. Rata – rata ukuran batu di
situs ini sekitar tinggi 22 cm dan ketebalan 12 cm. Formasi batu goong yang
mengelilingi menhir lazim disebut formasi “temu gelang”.
Pada masanya
Kaduguling adalah sebuah desa kecil yang penduduknya mayoritas beragama
Budha dan Batu Goong ini dijadikan sebagai pusat peribadatan dan
penyembahan. Tepat dibawah Kaduguling ada kolam mata air yang mengalir deras,
yang dinamakan kolam suci, yang sekarang berganti nama menjadi Citaman untuk
mereka mensucikan diri .
Suatu ketika ada 5 kesatria (yang penduduk sekitar tidak tahu nama-nama kesatria itu sendiri terkecuali Syech Dalem Tuha) mendatangi daerah Kaduguling ini, dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW . kedatangan mereka ternyata diketehui biksu lalu biksu mengundang mereka untuk datang ke batu goong ini dan berbicara tentang ajaran yang syech dalem tuha bawa, semakin lama perbincangan mereka semakin panas para biksu membuka kitab mengungkap kebenaran menuju surga, syech dalem tuha bersama empat kesatria lain menimpali berdasarkan hadist dan Al-Quran lalu menggambarkan kesejajaran hidup didunia dan juga dihadapan sang Khalik.
Suatu ketika ada 5 kesatria (yang penduduk sekitar tidak tahu nama-nama kesatria itu sendiri terkecuali Syech Dalem Tuha) mendatangi daerah Kaduguling ini, dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW . kedatangan mereka ternyata diketehui biksu lalu biksu mengundang mereka untuk datang ke batu goong ini dan berbicara tentang ajaran yang syech dalem tuha bawa, semakin lama perbincangan mereka semakin panas para biksu membuka kitab mengungkap kebenaran menuju surga, syech dalem tuha bersama empat kesatria lain menimpali berdasarkan hadist dan Al-Quran lalu menggambarkan kesejajaran hidup didunia dan juga dihadapan sang Khalik.
Setelah sepuluh
purnama syech dalem tuha bersama empat kesatria lain berada di kaduguling,
ternyata usaha mereka tidak sia-sia pada akhirnya banyak penduduk sekitar yang
memeluk agama islam, lalu meninggalkan kaduguling .
Pada masa kini batu
goong unuk sebagian orang dipercayai sebagai tempat yang membawa keberkahan,
tak jarang pada malam tertentu untuk sebagian orang itu datang ke batu goong
dan melakukan ritual, mendatangi batu goong, makam syech dalem tuha, dan
pemandian citaman untuk maksud tertentu.
Batu goong sendiri
hingga saat ini masih sangat sedikit orang yang mengunjungi tempat ini,
pengunjung lebih banyak pergi ke sumber air citaman yang sangat terkenal bagi
muda mudi zaman sekarang sebagai tempat pelepas penat dan untuk menenangkan
fikiran dengan berenang. Karena sumber mata air citaman sangatlah sejuk serta
tempatnya yang sangat tenang, tepat untuk menjadi tempat untuk refreshing.
Terlepas dari itu
semua, seolah – olah batu goong hanya menjadi pajangan saja. Pengunjung tidak
pernah mengetahui jika situs punden berundak tersebut merupakan situs yang
sangat memiliki nilai agama yang sangat kental dan penuh dengan makna. Karena
pada dasarnya batu goong merupakan tempat yang menyaksikan perdebatan antara
pemuka agama terutama agama islam dengan agama budha.
Tempat pertemuan yang
mengawali penyebaran agama islam di daerah kaduguling tersebut hendaknya tetap
di lestarikan agar anak cucu kita mengetahui tempat bersejarah yang kental
dengan filosofi serta nilai – nilai agama.
Peninggalan purrbakala
tersebut telah masuk warisan nenek moyang, maka peninggalan purbakala itu
dilindungi UU No. 5 tahun 1992 tentang budaya cagar budaya. Jadi penduduk
setempat ikut menjaga dan melestarikan. Serta melarang orang merusak atau
mencuri batu – batu goong yang berserakan di sana.
No comments:
Post a Comment